![]() |
Foto : Puskesmas Kemiri, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang - Banten (Dok. Ist) |
TANGERANG, TRANSPANTURA.COM - Seorang ibu berinisial IA, warga Rancalabuh, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, mengeluhkan pengalaman pahitnya saat melahirkan secara normal di Puskesmas Kemiri. Persalinannya ditangani oleh seorang bidan berinisial D dan rekannya.
Dalam kesaksiannya, IA mengungkapkan bahwa proses persalinannya berlangsung tergesa-gesa. Tindakan episiotomi dilakukan secara tidak rapi hingga mengenai area dekat anus. Selain itu, proses penjahitan luka dilakukan tanpa bius, menyebabkan rasa sakit luar biasa yang melebihi proses persalinan itu sendiri.
IA menceritakan Setelah persalinan, terjadi pergantian shift bidan. Bidan D dan rekannya digantikan oleh Bidan J dan Bidan T. Tak lama setelah pergantian tersebut, IA mengalami menggigil hebat hingga hampir kejang, dengan jari-jari membiru dan tubuhnya terasa sangat dingin.
"Bidan T yang menggantikan Bidan D sangat teliti dalam memeriksa kondisi saya, termasuk melakukan pengecekan darah," ungkap IA kepada wartawan pada 29 Maret 2025.
Sebelumnya Ketika hasil pemeriksaan menunjukkan HB rendah di angka 8,5, Bidan J kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menemukan bahwa IA mengalami pendarahan hebat akibat plasenta yang tertinggal di dalam rahim. Tanpa bius, bidan harus memasukkan tangannya ke dalam rahim untuk mengeluarkan sisa plasenta, menyebabkan rasa sakit luar biasa. IA kemudian dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani operasi kuret guna membersihkan sisa plasenta.
Namun, cobaan belum berakhir. Seminggu setelah operasi kuret, IA merasakan sakit luar biasa di area jahitan hingga tidak bisa beraktivitas. Saat memeriksa sendiri jahitannya, ia menemukan tinja yang menempel di sela-sela jahitan. Ketika memeriksakan diri ke puskesmas, dokter dan bidan menemukan bahwa jahitannya mengalami komplikasi dengan kondisi yang disebut "jahitan grade 4." Tanpa bantuan dari puskesmas, IA harus mencari pertolongan sendiri ke Rumah Sakit Bunda Sejati.
Di Rumah Sakit Bunda Sejati, dokter yang menangani menyatakan bahwa jahitannya sangat berantakan dan tidak sesuai prosedur, bahkan dianalogikan seperti kabel listrik yang kusut. Akhirnya, IA dirujuk ke RS Metro Hospital untuk menjalani operasi perbaikan jahitan perineum. Dengan kondisi HB yang semakin turun ke angka 7,2, IA harus menjalani transfusi darah sebelum operasi.
"Dalam proses operasi perbaikan, saya dibius setengah badan, dan dokter serta suster yang menangani kembali mempertanyakan tempat persalinan saya. Para tenaga medis menyarankan agar ke depannya saya tidak lagi melahirkan di puskesmas, mengingat pengalaman traumatis yang telah saya alami," ujarnya.
kepala puskesmas kemiri Dr. Moch Yasir saat dikonfirmasi melalui via WhatsApp mengatakan " Ijin, untuk perihal diatas sudah sesuai SOP, jika ingin kejelasan secara langsung silahkan hadir di Puskesmas Kemiri, setelah cuti lebaran"katanya.pada 19 Maret 2025.
Hingga saat ini, IA masih mengalami trauma mendalam akibat kejadian tersebut. Tidak ada permintaan maaf atau pertanggungjawaban dari pihak bidan yang menangani persalinannya, termasuk Bidan D.
IA sebelumnya sempat bingung mau mengadukan ke siapa sebab orang terdekatnya melarang untuk memperpanjang masalah ini, akan tetapi IA masih memiliki rasa sakit hati yang mendalam pasca melahirkan di puskesmas Kemiri. (zm)
Sumber : tangerangkota.pikiran-rakyat.com